IMG_3732Indonesia International Book Fair 214, Ruang Cempaka 5

Gambar  —  Posted: Mei 9, 2015 in Foto
Tag:,

Literer Khatulistiwa

Posted: Mei 9, 2015 in Beranda

 

Literer Khatulistiwa

Merupakan merk usaha perbukuan, berupa :

Penerbitan, Distributor Buku, Media Independent, Komunitas Buku,

Jaringan Perbukuan, Toko Buku Diskon, Direct Selling, dll

 

Literer Khatulistiwa, selanjutnya disingkat LiteKha, adalah sebuah brand/merk/tanda/identitas, tidak terikat, berinovasi dan mendalam. Memfokuskan pada sebuah konsep literer yang berkenaan dengan sosial, budaya, sastra, kemasyarakatan serta penulisan kontemporer dan lainnya.

LiteKha, juga merupakan salah satu medium strategi kebudayaan. Dengan menerbitkan buku dan media independent sebagai salah satu alatnya.

LiteKha, mulai menjalankan prosesnya pada Desember 2002. Dilatar belakangi atas ketertarikan akan budaya baca dan budaya tulis. Serta keinginan memperkaya fenomena dunia penulisan dan penerbitan di Pontianak, Kalimantan Barat pada khususnya, Indonesia pada umumnya dan selanjutnya.

 

Nama dan makna :

Literer  : Berhubungan dengan tradisi tulis.
Khatulistiwa : Garis lintang nol derajat yang membagi bumi menjadi dua belahan yang sama. Garis yang tepat berada di kota Pontianak. Sehingga Pontianak, Kalimantan Barat disebut juga kota Khatulistiwa

 

 

LiteKha

[ Literer Khatulistiwa ]

Jalan Imam Bonjol, Busri 86

Pontianak 78124

email : litekha@gmail.com ; litekha@yahoo.co.id

litererkhatulistiwa.worpress.com

twitter : litekha

fb : litererkhatulistiwa

62 561 7170960 ; 62 82351236560

 

 

 

background buku2 litekha.2

Gambar  —  Posted: Mei 9, 2015 in Foto
Tag:

???????????????????????????????Kumpulan Cerita Pendek Pada tanah di kandung bersama

vi + 99 hlm : 14 x 20 cm

Cetakan pertama, Januari 2006

Desain Sampul : Ahmadputera

Tata Letak : hati.kerja_karya>tawadhu’

ISBN : 979-25-4791-6

Penulis :Zailani Abdullah, ibnu HS , Hasyim Ashari, Pradono,Odhys, Syasya Kayung, Wisnu Pamungkas, Sulaeman Pirawan,  Mizar Bazarvio, Yudhiswara,Ahmad Asma dZ

 

Pada satu kesempatan, ada seseorang yang dituakan di sekitar kampung menerima tamu. Salah satu tamu itu adalah saya. Pada kesempatan itu tentu saya lebih banyak diam, sambil mencoba menangkap apa makna kata-kata yang beliau ucapkan. Namun, yang paling saya ingat adalah ketika kami berpamitan. Beliau menjabat tangan saya, erat. Lalu saya bermaksud mencium tangannya. Namun, beliau memeluk punggung saya. Sambil menepuk pundak, beliau berkata ‘anak muda’.

Kami pun beranjak. Dan saya mengingat makna jabat erat yang di ajarkan orang yang dituakan tersebut.

Ketika usia adalah angka, dan haqeqat iman menjadi dua, memancar dan menyerap. Maka, jabat erat menjadi medium diantaranya. Jembatan yang berdiri kokoh. Dan tak ada lagi perbedaaan atau kesenjangan. Semuanya menjadi fenomena yang memberi nuansa. Bagaimana seharusnya menerima dan memberi, bagaimana seyogyanya berkata, berinteraksi memberi arti. Bahkan kapan saatnya untuk diam.

Tentu dari kami yang masih muda menaruh ‘segan’ pada yang lebih tua. Mereka pernah muda sedangkan kami belum pernah merasakan tua. Walau asam dan garam yang ada di dalam masakan berasal dari tungku yang berbeda.

Buku kumpulan cerita pendek ‘Pada Tanah, Di Kandung Bersama’ ini tidak terlepas dari proses itu semua. Sebuah proses yang berkelanjutan, utuh dan tidak terpisahkan. Dan menjelma menjadi medium dan bentuk lain dari berjabat-menjabat erat.

Buku kumpulan cerita pendek ‘Pada Tanah, Di Kandung Bersama’ ini terdiri dari sebelas tulisan yang berasal dari sebelas penulis. Sebuah kumpulan cerita pendek yang membawa pada imaji. Mencoba memberi khasanah pada kehidupan, keseharian, sosial kemasyarakatan, nilai dan budaya. Bahwa makna cerita yang terkandung ada di sekitar kita. Berasal dari sekitar kita. Bahkan kita ikut di dalamnya.

Ada masyarakat, dimana kita hidup di antaranya. Ada budaya yang seharusnya kita pelihara dengan perkembangannya. Ada kerinduan, yang terus membara. Dan kita diingatkan, dimana muara. Ada pesan, tentang siapa sebenarnya kita sebagai manusia.

Ada kita, tanah, udara, air lalu kehidupan. Kehidupan itu energi dan medium. Apakah kita menjalaniya sendiri? berinteraksi? atau berhubungan mikro-makro kosmos! Dan kita menjadi bagian yang tak terpisahkan. Pada Tanah, Di kandung Bersama.

Semoga buku kumpulan cerita pendek ini dapat memberi khasanah. Saatnya menerima, saatnya memberi. Saatnya memancar, saatnya menyerap. Selamat membaca dan menyelami kata-kata serta makna di dalamnya.

Salam hangat dan jabat erat

Literer_khatulistiwa

 

Dan Aku Dan Aku Yang kainnya

Kumpulan Cerita Pendek

Dan Aku Dan Aku Yang Lainnya

vi + 84 hlm : 14×21 cm

Cetakan Pertama, Desember 2002

cetakan Kedua, Desember 2007

Kulit Muka : Amran

ilustrasi :  imdm teamwork

Tata letak :  Keseimbangan_teamwork

ISBN : 978-979-25-4796-2

Penulis :  Ahmad Asma dZ

 

 Karya, kerja keras, kerjasama, usaha, khasanah, keinginan, kemauan, ciri khas juga, motivasi tidak lupa, tekad dan sabar.

Proseslah. Semuanya.

Proses. Dari awalnya, tengahnya, juga akhirnya.

Intinya proses atau bisa juga pokok pointnya.

Proses dari dapat ide, aplikasi ide, proses menulisnya, mengolahnya sampai memproduksinya.

Proses dikesemuanya. Sampai dikehadirannya.

 

Karya itu Universal.

Dan tulisan ini original. Semuanya.

Prosesnya.

10 bagian coba jadi satu integral.

Tentang aku. Siapa …? ‘aku.

Tentang aku.

Aku yang bercerita. Aku yang diceritakan.

Aku dan aku yang lainnya. Gaya langsung 1_2.

Aku dan aku. Aku siapa?!

Bisa jadi Aku itu adalah dia, kita, mereka atau mungkin anda yang mempelajari satu sisi ‘walau hanya bagian kecil saja’ perihal makna hidup.

Perihal manusia yang berusaha dengan menghormati dimensinya, secara parsial dan integral. Lalu memahami apa yang paling mendasar dan menyeluruh dalam dirinya.

Karena ia, manusia itu, juga mungkin aku dan aku yang lainnya melalui medium ini adalah bagian yang terbatas dan terbuka kepada kenyataan yang tidak terbatas, terkondisi dan budayati, fisik dan rohani, individual dan sosial, kosmis dan histroris.

 

Sehingga aku itu bisa aku yang menulisnya, aku yang membacanya atau aku-aku yang lainnya. Namun, mungkin aku (si tokoh utama itu) telah menjelma di setiap detailnya. Dalam setiap makna cerita-cerita ini.

Ya pokoknya aku. Aku yang bisa jadi Aku itu adalah dia, kita, mereka atau mungkin anda dan kita semua yang mempelajari satu sisi ‘walau hanya bagian kecil saja’ perihal makna hidup.

Aku yang juga ‘Citoyen de Deux Mondes’ [warga dua dunia] yang sedang belajar untuk selalu bersyukur, sebagai makhluk yang diberi karunia. Dengan doa, dalam hati beserta kerja dan indahnya berkarya dengan sederhana namun nyata.

 

Selamat membaca dan menyelami maknanya

Salam hangat dan jabat erat

 

 

Literer_khatulistiwa

 

banner literer.coklat.

Gambar  —  Posted: Mei 9, 2015 in Foto
Tag:

waktu di rumah melayu

Gambar  —  Posted: Mei 9, 2015 in Foto
Tag:

 Keinginan untuk berkomunikasi merupakan fundamental dari kondisi

manusia. Budaya lisan terbentuk darinya,

kemudian budaya tulisan berkembang seiring dengan perjalanan waktu.

Dan buku, dengan segala fenomena yang ada di dalamnya adalah

konsekuensi dari keinginan tersebut.

Buku seperti dalam bentuk yang kita kenal sekarang ini berasal dari

kira-kira 1000 tahun yang lampau. Dan berkembang dengan sangat pesat

setelah ditemukannya mesin cetak pada abad kelima belas. Proses yang

sangat panjang menuju sebuah bentuk ideal ’an image of ideal

illegibility’.

 

Apakah sebenarnya buku??. Bergantung pada cara kita melihatnya; apakah dilihat dari karakteristik fiskal, ataukah dari karakteristik fungsionalnya. Secara fiskal, buku terdiri dari lembaran kertas tercetak, disatukan menurut urutan tertentu, ditutupkan dan beralaskan karton tebal yang tercetak pula. Secara fungsional, buku adalah sarana komunikasi tercetak, tersusun di dalam satu atau lebih dan penyajiannya mengikuti suatu sistematika yang wajar. Buku dikatakan sebagai alat penyampaian informasi, sebagai sumber dan tempat penyimpanan informasi sejak dahulu sampai sekarang. Namun kegunaan dan tujuan akhir dari pembuatan buku tidak semata untuk dikarang saja, tidak pula untuk diproduksi dan dibaca orang, merupakan kemubaziran saja3

Pemikiran, karsa, ide adalah sebuah cahaya yang memancar. Dan bukulah ‘medium’ yang menangkap, menyimpan lalu memancarkannya kembali. Mereka adalah cair, dan bukulah yang memadatkannya lalu mencairkannya kembali dalam konsep ruang-waktu berikutnya. Dan proses literer4-lah sebuah makna proses di dalamnya. Perkembangan tentang ‘buku’ semakin membesarkan cahaya yang memancar. Untuk mengawal proses literer yang tak meredup.

Buku tak akan dapat dilepaskan dari ilmu. Begitu pula sebaliknya. Transformasi dari ilmu pengetahuan, pelestarian nilai-nilai luhur intelektual, pemikiran, karya-karsa dan proses generousity.

Kita dapat menelaah keinginan Chairil Anwar ’Aku ingin hidup seribu tahun lagi’ karena maknanya dibukukan. Kita saat ini dapat mempelajari ’dilema Hermes-nya’ Vincent Crapanzano, karena teorinya tercatat. Bagaimana kita memahami ’penolakan’ Dat Mots Sartre, juga bagaimana ’bayi’ yang dikandung F.W Nietzche dalam ’those speak Zarathustra’, atau Negara Bangsanya ibrahim gelar Datuk Tan Malaka. Karena semua itu tercatat.

salam kenal

Posted: Januari 8, 2009 in Uncategorized

selamat datang di blog literer khatulistiwa.